1. Teori Asam
Basa
a.
Menurut Lewis
Di tahun 1923 ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan
teori asam-basanya,
Lewis juga mengusulkan teori acid base baru juga. Lewis, yang juga mengusulkan
teori oktet, memikirkan bahwa teori acid base sebagai masalah dasar yang harus
diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan
berdasarkan hasil percobaan.
Teori asam basa Luis
mencakup pengertian yang lebih luas dibandingkan definisi asam basa Arrhenius danBronsted-Lowry.
Konsep asam basa
Bronsted-Lowry dengan Luis adalah berbeda akan tetapi kedua konsep ini saling
melengkapi. Basa Lewis adalah basa Bronsted-Lowry juga disebabkan dapat
mendonorkan pasangan elektron bebasnya, akan tetapi asam Lewis belum tentu
menjadi asam Bronsted-Lowry disebabkan asam Bronsted-Lowry adalah donor proton
sedangkan asam Lewis adalah acceptor elektron. Spesies apapun yang dapat
menjadi aseptor pasangan elektron bebas bisa disebut sebagai asam lewis.
Basa Lewis
Perlu diingat bahwa basa Lewis adalah donor pasangan
elektron bebas, spesies berupa molekul atau ion yang memiliki tendensi untuk
mendonorkan pasangan elektron bebasnya maka digolongkan dalam basa Lewis.
Contoh basa Lewis adalah ion halide ( Cl-, F-, Br- dan I-), ammonia, ion
hidroksida, molekul air, senyawa yang mengandung N, O, atau S, senyawa golongan eter, ketone,
molekul CO2 dan lain-lain. Gambar dibawah menunjukkan basa Lewis dengan
pasangan elektron bebasnya.
Asam Lewis adalah aseptor pasangan elektron bebas.
Contoh asam lewis adalah H+, B2H6, BF3, AlF3, ion logam transisi yang bisa
mebentuk ion kompleks seperti Fe2+, Cu2+, Zn2+, dan sebagainya. Mungkin kamu
berfikir bahwa untuk menjadi asam Lewis akan selalu diperlukan orbital kosong
untuk menampung pasangan elektron yang didonorkan oleh basa Lewis tapi hal ini
tidaklah mutlak sebab untuk menjadi asam Lewis tidak selalu suatu spesies
menyediakan orbital kosong.
b. Menurut Bronsted-Lowry
Teori asam basa
Bronsted-Lowry adalah teori yang melengkapi kelemahan teori asam basa Arrhenius
karena tidak semua senyawa bersifat asam/basa dapat menghasilkan ion H+/OH-
jika dilarutkan dalam air. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah senyawa yang
dapat menyumbang proton, yaitu ion H+ ke senyawa/ zat lain. Bsa adalah senyawa
yang dapat menerima proton, yaitu ion H+ ke senyawa/zat lain. Teori ini juga
memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat memperlihatkan sifat asam/basa suatu
senyawa bila tidak ada proton yang terlibat dalam reaksi.
Teori Bronsted-Lowry asam: zat yang menghasilkan dan
mendonorkan proton (H+) pada zat lain, Teori
Bronsted-Lowry basa: zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat
lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat
dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni:
HCl(g) + NH3(g) –>NH4Cl(s) …
(9.11)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan
padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai
asam.
Menurut teori Bronsted-Lowry, zat dapat berperan baik
sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini
akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu
zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam
suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl
|
+
|
H2O
|
–>
|
Cl-
|
+
|
H3O+
|
…
|
(9.12)
|
asam1
|
basa2
|
basa
konjugat 1 |
asam
konjugat 2 |
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl- adalah
sebuah proton, dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti
ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl- juga
disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO32- bersifat
basa. Dalam reaksi antara ion CO32- dan H2O,
yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya
membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O
|
+
|
CO32-
|
–>
|
OH-
|
+
|
HCO3-
|
…
|
(9.12)
|
asam1
|
basa2
|
basa
konjugat 1 |
asam
konjugat 2 |
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat
berperan sebagao asam atau basa. Air adalah zat amfoter yang khas. Reaksi
antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah
contoh khas reaksi zat amfoter
H2O
|
+
|
H2O
|
–>
|
OH-
|
+
|
H3O+
|
…
|
(9.12)
|
asam1
|
basa2
|
basa
konjugat 1 |
asam
konjugat 2 |
|
2.
SIFAT LARUTAN
PENYAGGA BASA
Apabila suatu Buffer ditambahkan asam atau Base ataupun diencerkan maka
nilai pH Larutan Penyangga tersebut akan tetap.
Andaikan kita memiliki Larutan Penyangga ber-pH 6.5 kemudian kedalam larutan penyangga itu kita tetesi sejumlah
asam (misalnya HCl) lalu pH larutan tersebut kita ukur pH nya
maka pH larutan tersebut akan tetap 6.5. Hal yang sama juga terjadi bila
larutan penyangga itu kita tetesi Basa (misalnya KOH) ataupun kita tambahkan air sehingga
volumenya menjadi 3 kali volume semula, pHnya akan tetap menunjukan 6.5.
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat
dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Komponen Larutan Penyangga Basa
Secara umum, Buffer Basa mengandung suatu Asam
lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-). Larutan seperti itu dapat
dibuat dengan berbagai cara,misalnya:
- Mencampurkan Basa lemah dengan garamnya
- Mencampurkan suatu Basa lemah dengan Asam kuat dimana Basa lemah dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung Asam konjugasi dari Basa lemah yang bersangkutan
Cara Kerja Larutan Penyangga Basa / Buffer Basa
Pada bahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa
buffer mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya,
sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-.
Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya
secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada buffer
yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses
sebagai berikut:
- Pada penambahan asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari
asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen
basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan
bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq)
→ NH4+ (aq)
- Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu base, maka
kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH-dapat
dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+),
membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq)
+ O
H-(aq) → NH3 (aq)
+ H2O(l)
Menghitung pH Larutan Penyangga Basa / Buffer Basa
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut:
[OH-] = Kb x b/g
atau
pH = p Kb – log b/g
dengan, Kb = tetapan ionisasi basa
lemahatau
pH = p Kb – log b/g
b = jumlah mol base lemah
g = jumlah mol asam konjugasi
3. Sifat Larutan Penyangga Asam
Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar
merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari
Buffer ini seperti pH Buffer hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat.
Jadi apabila suatu buffer ditambahkan asam atau basa ataupun diencerkan maka nilai pH buffer tersebut akan tetap. Andaikan kita memiliki Larutan
Penyangga ber-pH 6.5 kemudian kedalam larutan penyangga itu kita tetesi sejumlah
asam (misalnya HCl) lalu pH larutan tersebut kita ukur pH nya
maka pH larutan tersebut akan tetap 6.5. Hal yang sama juga terjadi bila
larutan penyangga itu kita tetesi basa (misalnya KOH) ataupun kita tambahkan air sehingga
volumenya menjadi 3 kali volume semula, pHnya akan tetap menunjukan 6.5.
Buffer yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH kurang dari 7. Larutan
penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan garammya –
acapkali garam natrium.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat
dan natrium etanoat dalam larutan. Pada kasus ini, jika larutan mengandung
konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan garam, maka campuran tersebut
akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya,
sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang sama.
Komponen Larutan Penyangga Asam
Secara umum, buffer asam mengandung suatu Asam
lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan
berbagai cara,misalnya:
• Mencampurkan Asam lemah (HA) dengan garamnya(LA,garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari Asam HA)
• Mencampurkan suatu asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
• Mencampurkan Asam lemah (HA) dengan garamnya(LA,garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari Asam HA)
• Mencampurkan suatu asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Cara Kerja Larutan Penyangga Asam
Pada bahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa
buffer mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya,
sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit
asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini
cara kerja Buffer:
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada buffer
yang mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses
sebagai berikut:
• Pada penambahan asam
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan
ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO-
membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)
CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)
• Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion
OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam
(CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam
CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)
CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)
Menghitung pH Larutan Penyangga Asam
Buffer Asam
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut:
[H+] = Ka x a/g
atau
dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemahDapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut:
[H+] = Ka x a/g
atau
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar